Senin, 06 Juli 2009

 

"Hidup itu keras kawan jadi butuh perjuangan kalau perlu sampai berdarah-darah"

Belumlah tua kalau mau disebut dan tidaklah muda kalau mau dikata. Yup, perjalanan hidup yang terbilang masih seumur jagung (halah emang jagung umurnya berapa???). Lika-liku kehidupan masih jauh terbentang, dihadapan sana mungkin banyak kerikil yang membuat mabok perjalanan, mungkin kelak-kelok jalanan akan lebih banyak yang membikin puyeng kepala. Itulah jalan kehidupan, mungkin akan banyak lagi rintangan yang tak terduga tak pernah terbersit di kepala. Mungkin dan mungkin...


Suatu ketika seorang mbak angkatku pernah menasehati aku "Hidup itu keras kawan jadi butuh perjuangan kalau perlu sampai berdarah darah" beliau menceritakan kepadaku kisah hidupnya bersama sang suami tercinta dalam mengarungi proses menuju pernikahan sampai akhirnya kini menjalani kehidupan berumah tangga. Kisahnya, semoga Alloh merahmati kalian berdua mbakku dan suaminya, perjuangan dari sang suaminya yang umurnya lebih muda 5 tahun darinya. Awalnya mbakku harus meyakinkan dirinya bahwa laki-laki yang mengajaknya serius menuju kepernikahan adalah orang yang sholeh dan berakhlak baik. Sholat istikharoh pun dijalaninya untuk meminta keputusan dari Alloh Yang Maha Tahu. Dan akhirnya mbakku mantap untuk bersedia menerima laki-laki itu menjadi suaminya. Mbakku mempersilahkan laki-laki tersebut menemui orang tuanya yang berada di Sumatra, mereka sama-sama orang Sumatra namun ketika itu mereka masih tinggal di Jawa untuk urusan studinya, begitu seriusnya laki-laki itu terhadap mbakku, ia rela bolak-balik Sumatra-Jawa untuk urusan tersebut.

Tak sampai disini perjuangan mereka. Kerikil dari keluarga pun terasa dalam perjuangan mereka, dari pihak keluarga mbakku awalnya sangat meragukan karena umur laki-lakinya lebih muda 5 tahun dari mbakku dan laki-laki ini dari keluarga broken home (ayah ibunya bercerai) tapi berkat perjuangan keras, kesabaran dan keteguhan dari laki-laki ini yang sering silaturahim ke keluarga, dengan akhlak yang baik dan kedewasaannya, sampai akhirnya keluarga mbakku bisa menerima dengan baik tanpa mempermasalahkan lagi perbedaan umur atau keadaan keluarga dari sang laki-laki. Tak sampai disini juga kisah perjuangan ini, setelah lamaran laki-laki ini diterima oleh pihak keluarga mbakku. Pernikahan pun mulai dirancang, mbakku dan calon suaminya punya idealisme bahwa pernikahannya dilaksanakan seIslami mungkin menggunakan tata cara Islam, namun banyak pertentangan dari pihak keluarga yang maunya begini dan begitu yang bertentangan dengan idealisme mereka, lobi melobi tak henti-hentinya dilakukan, sampai-sampai mbakku harus kabur dari rumah karena pihak keluarga bersikekeh dengan pendapatnya yang bertentangan dengan idealisme mbakku dan calon suaminya (yup mereka berdua berharap pernikahan mereka seIslami mungkin). Yah pada akhirnya berkat bantuan teman-teman mereka juga, pernikahan itu dapat dilaksanakan dengan cara yang Islami walau masih ada sesuatu yang gimana gitu tapi selama itu masih bisa ditoleransi mereka tidak berontak (hehehe mereka memang pemberontak sejati ^^ pemberontak dalam kebaikan tentunya). 

Pernikahan telah terlaksana, lelah pikiran dan badan pun terasa begitu dalam diri mereka. Yup perjalanan masih panjang, mbakku yang waktu itu hanya bekerja sebagai guru honorer dengan penghasilan yang minin dan suaminya bekerja tidak tetap kadang ada penghasilan kadang tidak. Mereka bekerja sangat keras untuk membiayai kehidupan berdua, mereka yang sebelum menikah ketika masih kuliah di perantauan selalu dikirimi uang oleh orang tuanya masing-masing 1juta perbulan dan kini setelah menikah penghasilan mereka berdua bila digabung kurang dari 1juta perbulan (penghasilan yang minim untuk biaya hidup di daerah dimana mereka tinggal sekarang). Dua bulan pertama pernikahan mereka, mereka hidup dari uang tabungan mereka yang habis untuk dua bulan itu, mereka hidup serba ngirit, suaminya sampai menjalani kerja apa aja yang penting halal sampai jadi tukang ngecat. Yah itu semua juga untuk biaya masa depan, Alhamdulillah setelah beberapa minggu pernikahan mbakku dinyatakan hamil. Mereka sangat bahagia, itu adalah anugerah terindah dari Sang Maha Pemberi untuk mereka. Mbakku bercerita tentang suaminya, bahwa suaminya begitu amat baik terhadapnya, suaminya selalu memastikan bahwa mbakku dalam keadaan aman dan nyaman (wueiiihhh suami yang tanggung jawab ^^) dan suaminya sangat sabar dalam menghadapi mbakku yang mabok-mabokan disebabkan karena hamil muda, suaminya begitu peyayangnya dan sangat tahu bagaimana cara memuliakan istrinya (hemmm suami ideal ^^). 

Ya, masalah didalam kehidupannya tidak berhenti setelah mereka menikah tapi sampai sekarang masalah itu pastinya masih ada dan akan terus bermunculan dan tepatnya mbakku bilang itulah ujian kehidupan, semua itu insyaAlloh bisa mereka lalui bersama (karena berdua lebih baik daripada sendirian) dan tentunya mereka lalui dengan cinta mereka berdua, cinta karena Alloh. Ketika aku bertanya "mbak apakah kau bahagia dengan pernikahanmu?" dengan mantap dia jawab "absolutly yes!" dan akupun tersenyum ikut merasakan kebahagiaannya :). 

Selalu akan aku ingat kata-katamu mbakku bahwa "Hidup itu keras kawan jadi butuh perjuangan kalau perlu sampai berdarah darah". Met berjuang mbakku dan suaminya tercinta, semoga Alloh menganugerahkan mujahid dan mujahidah kebanggaan buah hati kalian ^^, Amin ya Robbal 'alamin. 

Mentari kini kurasa bersinar menawan hati
Merah merona menyemangati diri
Senyum ini tak separoh lagi
Mengembang dengan berjuta arti

Untuk semua saudaraku dimanapun kalian berada MET BERJUANG!^^
"Hidup itu keras kawan jadi butuh perjuangan kalau perlu sampai berdarah darah"

Jogja, 6 Juli 2009 11.01 WIB
Saat menunggu adek ujian masuk poltekes
Yani Hanifah


This page is powered by Blogger. Isn't yours?

Berlangganan Postingan [Atom]